Mewaspadai Penipuan dan Propaganda Salafy (Wahabi)

Sarkub Share:
Share

 Propaganda Salafy Seputar Madzhab

Mungkin Anda akan bingung menghadapi inkonsistensi Salafy-Wahhabi mengenai madzhab. . Itu semua hanyalah propaganda demi mengelabui orang-orang agar menerima ajaran mereka yang nyeleneh.

Demi diterimanya ajaran mereka, salah satu penerbit Salafy bersembunyi di balik nama besar Imam Asy-Syafi’i. Sambil menyebarkan ajaran nyeleneh mereka, mereka pun mengkampanyekan simbol-simbol masonic melalui logo penerbit. Kampanye simbol masonic ini dapat digunakan untuk mempengaruhi alam bawah sadar para pembaca. Dengan satu pemicu, masonic akan sangat mudah untuk menggiring mereka, yang telah terpengaruh alam bawah sadarnya, kepada ajaran masonic. Mereka yang mempelajari konsep hipnotisme akan memahami hal ini.

Mengapa menggunakan nama Imam Asy-Syafi’i, sedangkan mereka bukan pengikut Imam Asy-Syafi’i ? Itu adalah propaganda untuk mengelabui Muslim Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i.

Di Arab, mereka mengaku bermadzhab Hanbali. Padahal mereka sama sekali bukan pengikut Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka adalah penganut ‘Laa Madzhab/Tidak Bermadzhab”’. Mereka tidak taqlid kepada salah satu Imam. Bahkan mereka merasa bahwa mereka berhaq untuk berijtihad.

Namun ‘Laa Madzhab’ hanyalah propaganda para syaikh mereka agar para pengikutnya tidak bermadzhab kecuali kepada para syaikh tersebut. Mereka berfikir bahwa mereka tengah berijtihad. Padahal mereka hanya taqlid kepada fatwa-fatwa nyeleneh para syaikh mereka. Tak pernah mereka berani kelaur dari pendapat para syaikh mereka. Itukah yang dinamakan ijtihad? Itulah taqlid mereka kepada para mujtahid gadungan.

Laa Madzhab Merusak Tatanan Syari’at

Sejarah telah membuktikan bahawa taqlid dan thoriqah tidak sekali-kali menyebabkan ummat menjadi jumud dan beku. Sebaliknya, seruan ijtihad dan bebas dari bertaqlid kepada mazhab tertentu yang diserukan oleh kaum mutassallif abad kita ini, sangatlah meragukan dan hingga kini menimbulkan perpecahan dan kehinaan yang berpanjangan kepada ummat ini. Seruan tersebut masih tidak membuahkan hasil yang dapat dibanggakan. Seruan agar ummat berijtihad tanpa melihat apakah mereka itu layak atau tidak, adalah suatu seruan yang berbahaya dan dapat meruntuhkan agama serta memecah persatuan ummat. Kalaupun hendak berijtihad, maka biarlah hal itu dilakukan oleh ulama yang mencapai derajat mujtahid.

Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi telah mengarang satu buku yang sangat bagus yang menjelaskan tentang bahaya dari paham laa madzhabiyyah (tidak bermadzhab). Karyanya tersebut berjudul “al-La Madzhabiyyah Akhtharu Bid`atin Tuhaddidusy Syarii`atal Islamiyyah” (Tidak Bermazhab adalah Bid`ah yang Paling Bahaya yang Meruntuhkan Syariat Islam). Sebaiknya, siapa yang ingin mengetahui tentang bahaya ini hendaklah membaca dan menelaah karya ulama Syria ini dengan hati yang bersih dan ikhlas untuk mencari kebenaran. Sepertinya telah ada terjemahannya dalam Bahasa Melayu, tetapi kepada yang ingin menjadi mujtahid, bacalah yang dalam Bahasa `Arab. Bagaimana mau menjadi mujtahid kalau masih bertaqlid dengan terjemahan orang lain??

Realitas dari sejarah telah membuktikan bahwa Islam dahulunya berkembang dan gemilang di bawah tangan mereka yang bermazhab dan para sufi. Seruan agar pintu ijtihad dibuka luas hatta kepada golongan awam yang fatihah pun lintang-pukang adalah seruan yang diterbitkan oleh musuh-musuh Islam untuk memusnahkan persatuan ummat. Jelas kesannya, ummat mula berpecah-belah, sehingga mereka meributkan hal yang remeh-temeh, dan meninggalkan pembangunan dalam bidang-bidang lain. Bagaimana tidak, bila ahli ekonomi dan perbankan sibuk membicarakan hukum-hukum khilaf madzhab dan meninggalkan bidang ekonomi dan perbankan yang sepatutnya mereka bangun. Sayang sekali “ijtihad” mereka digunakan dalam perkara-perkara yang telah diijtihadkan oleh para ulama mujtahidin yang terdahulu. Sungguh ijtihad para juhala` itu lebih berbahaya dari taqlidnya mereka kepada ulama yang mujtahid.

Marilah kita merenungkan sepotong hadits yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus yang walaupun dinilai dhoif oleh para muhadditsin tetapi memiliki makna yang shohih yang tidak bertentangan dengan ruh syariat Islam. Tambahan pula bahwa hadits tersebut turut dinukil oleh para muhadits lain dalam karya-karya mereka seperti oleh Imam as-Sayuthi dalam al-Jami`ush Shoghir fi ahaaditsil Basyirin Nadzir yaitu hadits yang ke-11. Tidaklah kita pedulikan penilaian al-Albani yang memaudhu`kan hadits ini, karena jika dia yang memaudhu`kannya, maka ada ulama lain yang tidak mengeluarkannya dari lingkup hadits walaupun dinilai sebagai dhoif (lemah). Jika al-Albani berhak untuk berijtihad bahawa hadits tersebut maudhu` (palsu), maka apa pula yang mencegah para muhaddits terdahulu berijtihad untuk tidak memaudhu`kan riwayat tersebut. Adapun hadits tersebut meriwayatkan bahwa junjungan kita Nabi s.a.w. bersabda: “Penyakit / Kebinasaan bagi agama itu ada tiga: (i) faqih yang fajir; (ii) pemimpin yang jahat; dan (iii) mujtahid yang jahil.

Tanpa memperhatikan kepada sanad hadits di atas, adakah kita tidak setuju bahwa mujtahid yang jahil itu membinasakan agama? Bukankah yang dinyatakan itu adalah satu kebenaran yang tidak boleh ditolak. Semoga Allah merahmati semua mujtahid yang benar-benar layak berijtihad dan dibersihkan-Nya ummat ini dari segala fitnah yang timbul daripada mujtahid-mujtahid gadungan.

 

-artikelislami-
Oleh id : Wan Alfagir Permanen

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

4 Responses

  1. Almaz06/12/2011 at 00:42Reply

    Insya allah.. Klw sudah baca isinya kita tau itu dari wahabi atau dari aswaja.. Emang harus hati2 kang..

  2. Muhammad Adhika Nandiwardhana06/12/2011 at 07:14Reply

    kata Kakak saya, buku2 terbitan WAHABI itu ada stempel propaganda konspirasi Yahudi……

  3. jefriship06/06/2012 at 20:58Reply

    gampang ngenalinya.biasanya banyak simbol simbol atau kode kode yg menunjukkan kepada rekan sendiri sebagai cara berinteraksi antar mereka.

  4. salam19/08/2012 at 00:34Reply

    Bismillahirrahmanirrahim
    Segala Puji Bagi Allah swt,yg telah menurunkan Agama islam ini yang dibawa oleh manusia Pilihan yg Mulia Baginda Rasulullah Saw..yg telah disampaikan kepada para murid-2nya yaitu Para Sahabat2nya kemudian turun temurun dari masa kemasa ke masa hingga dimasa kita sekarang ini yg Allah Swt menjaga Agama ini dari pihak-2 yg ingin merusak Agama yg Haq.
    sesungguhnya Dakwah yg paling Haq adalah dakwah yg menyeruh kepada penghambaan yg murni Kepada Allah swt Iyakana budu wa iyakanastain…Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.dan menjauhi peribadatan yg menduakan Allah ta’ala sebab Allah sangat marah ketika manusia berbuat syirik firmanya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS an Nisa: 48)Dalam ayat ini terdapat penjelasan yang sangat jelas bahwa orang yang berjumpa Allah dalam keadaan musyrik maka tidak ada harapan baginya untuk mendapatkan ampunan Allah karena tempat kembalinya adalah neraka dan dia akan kekal di dalamnya.
    Allah swt berfirman : wahai sekalian manusia bertaqwalah kalian kepada Allah,dan berkatalah kalian dgn Syadid (Perkataan JUJUR)”.karena setiap perkataan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt.
    Rasulullah SAW bersabda :”Hati-hatilah kalian dari berprasangka karena persangkaan itu adalah perkataan yg paling Dusta “HR.BUKHARI,MUSLIM.
    dan juga sabda Nabi SAW “Barang siapa yg mengatakan sesuatu,sementara aku tidak pernah mengatakannya,hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di NERAKA”HR.Ibnu Abi Syaibah & Ahmad.
    Tentang Wahabi adalah gelar yg diberikan kepada Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab at-tamimi an najdi..jadi kalau dilihat tentunya yg disebut wahab adalah Ayah dari Syaikh..?
    kemudian Syaikh Muhammad adalah seorang yg sangat dikenal menyeruh kepada peribadatan yg Murni kepada Allah swt dan menjauhi SYIRIK & BID’AH..Mazhab Beliau Apa yg Di bawa Oleh Rasulullah SAW dari Allah subhanahu wata’ala…beliau tidak Taklid kepada 1 Mazhab..syafie’maliki,hambali Dll.,Karena Imam syafie mengatakan Apabila kalian mendapati Hadistku tidak ada sandarannya kepada Rasulullah maka buang ke T4 sampah,begitupun imam 2 yg lain berkata demikian.karena Imam syafie’Agamanya juga bersandar apa yg di bawa ALLAH & Rasulnya.Jadi Apabila Ada hadist imam syafi’e jelas dalilnya dari rasulnya maka di ambil dan apabila diperiksa sanadnya tdk ada ujungnya dari rasulnya maka di Tolak sebab TAKUT akan Ancaman NERAKA sebagaimana Hadist yg diatas Tadi.Kesimpulanya kita ber AGAMA ISLAM adalah mengambil dari APA yg benar dari Allah subhanahu wata’ala dan Rasulnya Shalallahu alaihi wassalam. Kesimpulanya kita ber AGAMA ISLAM adalah mengambil dari APA yg benar dari Allah subhanahu wata’ala dan Rasulnya Shalallahu alaihi wassalam,tidak bertaklid kepada Madzhab.Taklid Kita hanya kepada Allah & rasulnya..karena Rasulullah Orang yg Ma’sum,sementara manusia yg lain banyak kesalahan. wallahu a’llamu bishawab…semoga kita semua diberikan hidayah jalan yg Lurus..Siratal mustaqim…amin

Tinggalkan Balasan