Ketika Ibrahim bin Adham Menangis

Sarkub Share:
Share

Suatu hari, seorang tokoh sufi besar, Ibrahim bin Adham, mencoba untuk memasuki sebuah tempat pemandian umum. Penjaganya meminta uang untuk membayar karcis masuk. Ibrahim menggeleng dan mengaku bahwa ia tak punya uang untuk membeli karcis masuk.

Penjaga pemandian lalu berkata, “Jika engkau tidak punya uang, engkau tak boleh masuk.” Ibrahim seketika menjerit dan tersungkur ke atas tanah. Dari mulutnya terdengar ratapan-ratapan kesedihan. Para pejalan yang lewat berhenti dan berusaha menghiburnya. Seseorang bahkan menawarinya uang, agar ia dapat masuk ke tempat pemandian. Ibrahim menjawab, “Aku menangis bukan karena ditolak masuk ke tempat pemandian ini.

Ketika si penjaga meminta ongkos untuk membayar karcis masuk, aku langsung teringat pada sesuatu yang membuatku menangis. Jika aku tak diizinkan masuk ke pemandian dunia ini kecuali jika aku membayar tiket masuknya, harapan apa yang boleh kumiliki agar diizinkan memasuki surga? Apa yang akan terjadi padaku jika mereka (penjaga surga) menuntut: “Amal shalih apa yang telah kau bawa?” “Apa yang telah kau kerjakan cukup berharga untuk boleh dimasukkan ke surga?”. Sama ketika aku diusir dari pemandian karena tak mampu membayar, aku tentu tak akan diperbolehkan memasuki surga jika aku tak mempunyai amal salih apa pun. Itulah sebabnya aku menangis dan meratap.”

Dan orang-orang di sekitarnya yang mendengar ucapan itu langsung terjatuh dan menangis bersama Ibrahim.

——–

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ

 Berbekallah…! dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu hai orang – orang yang berakal.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan